Desember 29, 2014

Soal Menjadi Konselor atau Guru BK, Whatever it is


Tidak ada pekerjaan yang tidak meletihkan. Dan tidak ada letih yang bisa diobati kecuali dengan cinta.
#tanyakenapa Bila masih ada keluhan, mungkin sesuatu itu belum membuatmu cinta." Insight quote.

Malam ini, dan setelah empat bulan lebih berlalu. Mungkin hubungan tak bisa lagi dipaksakan, meski cinta <strike>tlah</strike> bisa datang seiring dengan waktu. Realitanya, saya masih letih dan mengeluh pada ibu. Saya malu. Ibu, bagaimanapun disembunyikan pada akhirnya tak bisa tidak, tumpah juga di hadapanmu.

Halahhh apa cobaaaa :D

Ini soal pekerjaan. Sarjana Psikologi yang nyasar menjadi Guru BK. Empat bulan berlalu, Alhamdulillah... Mulai cinta sih sebetulnya, hanya, saya merasa pekerjaan ini tidak mencintai saya. huhuhu :"( Entah, saya yang terlalu rigid kah? Sehingga menolak mentah-mentah saran <strike>persyaratan</strike> agar kuliah S1 ke-2 BK atau Master BK bila hendak memenuhi kualifikasi guru BK/ konselor yang sesuai Undang-undang.

Hati kecil saya menolak, maka saya mulai tak nyaman selama sebulan terakhir ini. Saya mengerjakan ini-itu tapi dengan cemas. Padahal, cemas terhadap masa depan memang memberi kita sesuatu untuk dikerjakan hari ini tapi tidak akan menghasilkan apapun.

Sudahlah..

Mulai terapi diri, hilangkan cemas, hilangkan emosi negatif sebelum memutuskan.

Ada Allah Yang Maha Menolong dan tak akan mempersulit. Aamiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar