Dua, tiga serpihan itu terhempas; bukan pecah karena marah, bukan terpisah karena enggan.
Serpih itu memang tak indah bila menyatu.
Lukisan keindahan pada masing-masingnya jelas tak sejalan-seperti yang tampak pada awal.
Memang..
Warna-warni itu indah bila selaras,
tapi bukannya merusak bila dipaksakan??
Cukup!
Cukup beberapa purnama saja warna-warna itu tampak indah, tapi sesak di dalam!!
Biar!
Biar kini tinggal sepenggal.
Sepenggal yang tak tertinggal, karena ia inginkan waktu berharganya tanpa canda sia-sia.
Biar.. karena dua-tiga pun mengentahkan
25 September 2010
Februari 17, 2012
Ada untuk Sementara Tiada
Seperti morse menderu-deru yang kau seru disetiap zaman yeng berbeda
Isinya yang nyaris tak lekang tak akan kutentang
Tak pula ku terburu (lagi) simpan
Cintamu itu membaca apa yang tidak dapat dibaca mata,
Menangkap apa yang tidak dapat disentuh jemari,
Menelisik ke ruang hati tanpa tersakiti,
dan permisi untuk kembali hanya dengan satu kali “klik”
Menangkap apa yang tidak dapat disentuh jemari,
Menelisik ke ruang hati tanpa tersakiti,
dan permisi untuk kembali hanya dengan satu kali “klik”
Cintamu cacat karena ia bisu
tapi kecacatanmu melumpuhkan aku
Detik pasir berbisik lirih :
“ia ada untuk sementara tiada”
05 February 2012 | 01:08
Meniti Penaku Kembali
Kemampuan verbal non vocal dalam hal tersiratisasiku mengkaku,
Mencoba membuat sekalimat puisi saja jemari membisu..
dan puluhan menit lalu alam bawah sadarku menyentak
“aku tidak suka makna tersirat!!”
Sekarang apa artinya ini??
Aku ingin katakan ….
Siluetmu menggambarkan apa yang tidak mampu aku katakan!!
Berhenti membuatnya… atau padamkan temaram itu !
Mencoba membuat sekalimat puisi saja jemari membisu..
dan puluhan menit lalu alam bawah sadarku menyentak
“aku tidak suka makna tersirat!!”
Sekarang apa artinya ini??
Aku ingin katakan ….
Siluetmu menggambarkan apa yang tidak mampu aku katakan!!
Berhenti membuatnya… atau padamkan temaram itu !
Menanti Jingga
Lemah di ufuk
Bersemayam gelisah di kalbu
Teringat siapa yang menyukaimu dan siapa yang menemaninya mengagumimu
Diaku
Milikku yang belum milikku
atau sebatas angan wajar seorang manusia yang fana dan hina
Aku yang biasa dan bisa karena terbiasa
Terbiasa tersimpan di dalam dengan diam karena segan, sungkan
Aku menanti jingga
Bukan untuk mengingat siapa-siapa
karena jingga mengingatkan aku untuk bersiap
Bersiap menyapa siapa yang seharusnya kusapa dengan hangat nanti
dan bersamanya menyambutmu
Jingga
…..
Langganan:
Postingan (Atom)