Juni 20, 2014

Never Say Never

Selesai membaca Melukis Pelangi, sebuah hadiah kelulusan dari teh Vera P.M. (makasih ya teh, hiks hiks aku cinta teteh karena Allah :* aamiin.. bukunya pas banget pokoknya! Semoga Allah berkahi teteh dan keluarga selalu, aamiin..), jalan hadirnya mimpi itu semakin benderang.

Dulu sewaktu saya kecil, saya sudah sering mendengar tentang mimpi itu, tapi saya sama sekali tidak tertarik padanya. Saya bahkan mengatakan paling tidak menginginkan menjadi “mimpi” itu. Tapi, akhir-akhir ini entah mengapa, sepertinya Allah membuat semua kondisi se-Indonesia ini, seakan merayu saya untuk mau bermimpi dan menuliskan mimpi itu di benak saya.
Ahhh Allah, paling bisa membuat semuanya begitu mudah dan indah. Allah bahkan membuat teh Vera mengirim buku itu untuk saya, karena jujur, buku itu belum ada di buy list-dalam catatan memori saya. [hehe peace ^^v ya mba Oki, sekarang buku Cahaya di Atas Cahaya mba Oki ada di buy list saya berikutnya insya Allah :D]
Akibat bagi seseorang bisa menjadi sebab bagi orang lain. Tamparan bagi Oki Setiana ketika ia dikelilingi oleh anak-anak kecil itu sewaktu di Mesir, menjadi suatu tamparan tersendiri bagi saya. :’( Sejauh ini pun, hingga detik ini saya masih tertampar-tampar karena saya hanya baru bisa sampai merasa tertampar saja. Baru bisa iri. Ya, saya merasa iri.
Karena sudah sampai sini dan itu semua adalah perbuatan-Nya, saya percaya, Dia pun akan menolong saya esok, kemana saya harus melangkah untuk memulai melangkahkan pijakan kedua, ketiga dan seterusnya menuju mimpi saya itu.
Nanti, jika mimpinya sudah tercapai, insya Allah saya ceritakan lagi ya tentang mimpi ini. Semoga bermanfaat :):)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar