2013
Semester
VI
Semester VI berlalu begitu saja dengan niali
Metode Penelitian (metpen) E. Haha. Karena memang tidak dikerjakan, Pemirsa.
Soalnya rempong banget dikarenakan praktikum yang seabreg.
Ah, defense weh itu mah. Ada kok yang bisa
selesai mengerjakan.
Banyak dari kami yang mendapat E, ‘memaksa’ pihak
fakultas mengadakan Semester Pendek (SP) untuk mata kuliah tersebut. Aku pun mendapat
pembimbing baru. Mulai deh bimbingan latar belakang penelitian. Menurut dosen
pembimbing (dosbing) fenomena yang kuajukan sudah pas, tinggal bagaimana
‘eksekusi’nya nanti. Waktu itu fenomena yang aku ajukan adalah seputar remaja
di sebuah pesantren. Entahlah aku lupa juga karena, entah kenapa, aku merasa
tidak atau belum menikmati mengerjakan proposal saat itu. Aku pun tidak lagi
berangkat bimbingan, hehe.
Semester
VII
Masuk kelas dengan malu-malu karena saat SP aku
tidak jua mengumpulkan proposal. Walhasil metpen III untuk kali ketiga bagiku
dimulai. Aku pun mendapat insight-insight untuk topik yang ingin
kuteliti. Satu hal yang kembali kuingat dari kuliah dengan Pak Agus Abdur, sang
dosen pengampu mata kuliah tersebut, bahwa semua harus berangkat dari buku yang
paling disukai.
Tips dari Pak Agus tentang bagaimana mendapat
nilai A kusimpan di draft ponselku. Selain faktor nasib, kita harus ikuti
panduan akademik. Penelitian pun harus unik, baik metode, subjek
penelitian, construct- variable, dan masalah yang
menjadi latar belakang penelitian.
Pulang ke rumah, aku membuka kembali buku “Life–Span
Development” dari Santrock. Setelah dibuka-buka, satu construct
variable yang ternyata sudah aku tandai sesuatu sejak kuliah
Perkembangan dulu kutemukan kembali. Aku telah menggarisbawahi kata maternal
deprivation. Berangkat dari situ, kutulis beberapa rancangan kasar penelitianku
di draft yang sama, yang aku anggap itu semua unik dan aku ingin sekali agar
mendapat A, titik!
Tadaaa! Aku mendapatkan nilai A untuk nilai Metpen
III. Alhamdulillah, kuncinya keyakinan. Jika kita dengan apa yang kita inginkan
dan diusahakan dengan sungguh-sungguh, pasti tercapai. Tentunya dengan memohon
ridho Allah Swt. Itulah yang kuyakini sampai akhir penyusunan skripsiku. POKOKNYA
HARUS A!
Semester VII aku mulai bergabung di laboratorium
sebagai pembimbing praktikum adik tingkat. Bimbingan skripsi terus berlanjut di
tengah-tengah belajar membimbing di laboratorium. Oia, Pak Irfan -pembimbingku-
meminjamkan buku baru berjudul “Functional Emotional Assesment Scale (FEAS)”.
Beliau berpikir mungkin buku ini dapat digunakan menjadi salah satu referensi
skripsiku. Setelah kubaca, rasanya sreg dengan alat ukur yang ada di
dalam buku itu. Aku pun mem-photocopy buku yang kemudian jadi ‘teman
hidupku’ itu :D
Akhirnya seminar proposal penelitianku
terselenggara di bulan Januari 2013.
Semester
VIII
Revisian seminar itu yang membuatku tak memikirkan
SK pembimbing skripsi. Di benakku, aku benar-benar harus melakukan survei ulang
ke daycare dan mencari babysitter. Sebelum membuat
proposal, aku sudah melakukan survei tapi mungkin belum maksimal. Sehingga latar
belakangku ‘kurang menggigit’.
Ternyata mudah saja, pemirsa. Aku mendapatkan
saran dari seorang kakak kelas, katanya tak perlu benar-benar mengerjakan
revisi proposal karena pasti langsung di-ACC. Ampun deh betul banget! Sudah
capek-capek agak mikir sedikit, malah gak dibaca Haha. Langsung ACC. Tapi beda
penguji beda perlakuan. So, jangan ditiru ya! :p
Hingga April 2014, aku baru dapat (baca: ngurus)
SK. Bimbingan sambil membimbing pun terus berlanjut. Kira-kira sebulan
kemudian, aku baru mendapatkan ide untuk mencari tahu siapa itu Greenspan, sang
profesor perkembangan bayi dan balita, salah satu penulis buku FEAS. Muncullah
variabel baru, floortime. Tadaaa, insight baru! Metode
pun akhirnya berubah. Sejak revisi, aku terpikir untuk mengubah ke metode
eksperimen, tapi aku bingung. Benar-benar belum terbayang apa yang akan aku
kerjakan dengan eksperimen. Apa treatment yang akan digunakan?
Akhirnya, semua berubah. Kupelajari floortime dan single
subject experiment, kemudian kuceritakan pada pembimbing.
“OK!” katanya.
Aku pun berpetualang (via sms pada teman-teman)
mencari seorang ibu bekerja dan anaknya yang masih dalam usia dini.
Alhamdulillah, dapat.
Awal September 2013 kumulai mengambil data. Awal
November 2013, pengambilan data selesai kulakukan.
Perjalanan yang melelahkan, ngojeg ke rumah
subjek setiap hari loh! Itu kulakukan setiap sore karena mengikuti jadwal
bekerja ibu sang anak. Aku pulang setiap hari menjelang malam, antara setelah
waktu sholat Maghrib atau Isya’ tiba. Di akhir perjuangan aku pun tepar,
masuk angin, tumbang. Alhamdulillah, aku jatuh sakit tepat di hari terakhir
dari jadwal pengambilan data.
Semua ini melelahkan memang tapi tidak juga terasa
lelah, aku gak kapok tuh menuju hari esok. Aku selalu semangat
menuju rumah subjek penelitian. Anak kecil yang menjadi subjek penelitianku itu
lucu banget. Alhamdulillah mau langsung akrab sama aku. Pernah di satu momen
dia membentangkan tangannya menyambutku minta memeluk.
“Ah, Dik Zilla, I miss you!”
Di momen lain, ketika ia agak dimarahi ibunya, ia
langsung melihat dan menuju ke pangkuanku seperti minta perlindungan. Wah,
rasanya ingin cepat mempunyai anak juga jadinya! Jadi seperti ini rasanya
disayangi anak-anak. Masya Allah.
“A baby is an angel whose wings decrease as his
legs increase.” - French Proverb
Senin,
24 Februari 2014, Finally!
Akhirnya, aku baru bisa mengikuti sidang skripsi
di bulan Februari 2014. Bisa jadi ini soal manajemen waktu hingga kenapa aku
harus melewatkan wisuda di bulan September 2013. Tapi, bisa jadi ini juga soal
ke-keukeuh-anku yang harus tentang Perkembangan. Eh malah menggunakan
metode eksperimen subjek tunggal pula dengan metode pengambilan data observasi
yang memakan waktu lamaaaaaaa dalam pengolahan datanya. But, it’s okay, because
I’m Y
it!
Bagaimana sidang skripsiku?
Aku mendapat giliran diuji pada jam pertama, di
ruang pertama, setelah temanku mendapat
giliran pertama. Huft, pagi-pagi harus sudah stay di kampus, but
it’s OK. Tenang saja. Entah mengapa, memang bawaannya tenang-tenang saja. Aku
sudah pasrah berapa nilai yang akan diberikan penguji nantinya. Hayu lah! Laporan
penelitian tentang pengaruh penerapan metode floortime terhadap tingkat
fungsi emosi ibu bekerja dan anak usia dini siap diuji.
Penguji I adalah Bu Ening, yang karena takdir
Allah akhirnya beliaulah yang menggantikan Pak Adang yang berhalangan hadir. Bu
Ening, sang dosen Perkembangan dan juga dosen Eksperimen. Perfect match bukan
dengan skripsiku? Bener-bener Qodarullah. Masya Allah.
Bagaimana jadinya bila pengujiku bukan dosen
eksperimen, bisa jadi skripsiku lulus tanpa revisi berarti. hehe
Aku kira aku bakal ‘dibantai’ habis, ternyata
Alhamdulillah, malah dapat apresiasi tersendiri.
“Alhamdulillah saya mengapresiasi ya, akhirnya ada
yang berani ambil eksperimen lagi,” Kata Bu Ening.
Aku hanya ditanya mengenai definisi konseptual dan
operasionalnya, selebihnya kami diskusi seperti bimbingan saja. Intinya, lancar
Alhamdulillah. Revisi sedikit tapi sangat berarti.
Selasa,
25 Februari 2014 – Pengumuman Kelulusan
Sidang dibagi menjadi dua hari, karena yang mengejar
untuk ikut wisuda Maret itu sampai sekitar 26 orang. Aku datang bersama Shofa
ke kantor Tata Usaha (TU) fakultas pada siang harinya untuk meminta draft
revisi dari penguji sambil menunggu pengumuman kelulusan di sore harinya.
Sambil mengambil kami mengobrol dengan
petugas TU baru, Bu Fita.
“Peserta sidang hari sidang kemarin yang
dapet nilai A cuma satu orang loh,” katanya sambil menatapku dengan tatapan
yang aneh sok merahasiakan.
Akupun balik menatapnya memasang tampang kecewa, “Wah,
gimana dong jangan-jangan bukan saya.”
Padahal di sisi hati yang lain bilang, “pasti gue!
Gue yakin gue dapat nilai A. Yes!” :D :D
Sore pun tiba, waktunya pengumuman. Pengumuman
kelulusan dibacakan oleh Pak Agus Abdur. Pembacaan nilai hanya disebutkan NIM,
mengurut pada daftar nama yang diuji pada jam pertama di ruang pertama dan seterusnya.
Aku yang kedua. Hingga habis daftar NIM yang diuji pada hari Senin
dibacakan nilai-nilainya, aku hanya sibuk berpikir sendiri, tidak ikut senang
bertepuk tangan.
“Loh, mana ini yang nilai A? Gak ada. Semua urutan
sudah disebutkan. Kok nilaiku hanya 79? B? Mungkinkah ada kesalahan pembacaan
NIM? Ah, ya. Pasti salah! Mungkin Pak Agus mau memberikan sedikit kejutan
untukku. Namaku pasti terlewat dan belum disebutkan,” ujarku dalam hati.
Aku ribut sendiri. Ribut dengan pikiranku sendiri.
Sampai-sampai tidak mengucapkan selamat pada Dian yang duduk di sebelahku dan
mendapat nilai A. Dear Dian, I’m sorry, buat semua juga, I do sorry
karena ga ikut senang-senang ber-congraduations bareng kalian :’(
Karena kalut, aku langsung minta agar bisa melihat
penilaian tersebut. Pak Agus mengarahkanku untuk langsung datang ke kantor TU.
Aku menarik teh Hani turun tanpa ikut bersenang-senang bersama teman-teman yang
lain.
Pembimbing
: 83; Penguji I : 83; Penguji II : 72; Total : 79
WHAT!
Kulihat detail nilai teman-teman lain yang
mendapat nilai A. Semua pembimbingnya memberi nilai 85. Loh kenapa pembimbingku
hanya memberi nilai 83? 79, Man! Tanggung banget!
Aku langsung dikuasai emosi. Sulit berpikir, dan tidak
berpikir panjang.
“Pak, saya bimbingannya sama pembimbing II. Kenapa
hanya pembimbing I yang memberikan nilai?” tanyaku.
Pak Agus menjawab, “idealnya ya dimusyawarahkan,
iya ya ini 79, kagok (tanggung).”
Hatiku hancur seketika. Aku pulang dengan sempat
mengambil foto nilai itu. Aku menarik teh Hani dan mengajaknya pulang. Untungnya,
teh Hani membawa mobil dengan supirnya yang sudah menunggu di depan. Di dalam
mobil aku menangis sejadi-jadinya. Teringat betapa aku sengaja menghabiskan
honor membimbing untuk membeli kamera untuk merekam aktivitas pengambilan data.
Teringat bolak-balik ngojeg sampai akhirnya jatuh sakit. Belum di
tengah-tengah proses pengambilan data, aku sempat menangis putus asa karena
merasa ibu subjek penelitian yang terlihat mulai enggan.
... to be continue
Tidak ada komentar:
Posting Komentar